Kamis, 29 September 2016

Pengalaman Ikut Seleksi Beasiswa Studi Luar Negeri dari Kemenag/ DIKTIS a.k.a MORA Scholarship 2016


Setelah sekian lama, kali ini saya akan berbagi pengalaman saya dalam mengikuti seleksi beasiswa yang kesekian kalinya untuk program Master degree. Perlu diketahui juga bahwa ini adalah pengalaman yang baru saja saya lalui pada seleksi tahun 2016 ini, jadi bisa jadi terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan seleksi pada tahun sebelumnya atau tahun kedepan. Selamat membaca!

MORA yang merupakan abreviasi dari Ministry of Religious Affairs atau Kementerian Agama RI merupakan salah satu kementerian di Indonesia yang aktif dalam menyelenggarakan program beasiswa studi dalam dan luar negeri kepada masyarakat yang memenuhi kriteria di Indonesia. Salah satu program yang saat ini sedang dikelola oleh Bapak Mastuki dari DIKTIS-Kemenag untuk mempersiapkan potensi SDM yang berkelanjutan di Indonesia adalah program 5000 Doktor. Informasi lebih lanjut mengenai program yang ditawarkan serta persyaratan yang harus dipenuhi dapat dicek langsung pada situs resminya yaitu: http://scholarship.kemenag.go.id/

Saya sendiri merupakan salah satu pelamar yang ikut berpartisipasi dalam seleksi beasiswa ini pada tahun 2016 untuk program master luar negeri. Beasiswa ini merupakan beasiswa pendidikan yang kurang lebih ke enam kalinya saya lamar setelah mengalami kegagalan pada berbagai aplikasi beasiswa sebelumnya dari berbagai instansi pemerintah. Salah satu pengalaman mengikuti seleksi beasiswa juga sudah pernah saya bahas pada tulisan sebelumnya. Kali ini, setelah mempersiapkan diri dengan belajar dari berbagai kekurangan dari pengalaman sebelumnya, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus menjadi awardee Mora Scholarship 2016.

            Adapun program beasiswa yang saya ikuti adalah Beasiswa Studi S2 LN sebagai program penunjang dari Program 5000 Doktor. Seleksi awal saya lalui dengan mengisi form online di situs Mora Scholarship dengan mengupload seluruh persyaratan yang diminta pada form aplikasi online yang dapat diperoleh dengan mendaftarkan diri dahulu sebelumnya. Yang harus diingat adalah, kita harus memastikan telah membaca dengan teliti seluruh persyaratan dan juga batas waktu program yang dilamar agar dapat memenuhi kriteria awal dalam seleksi administrasi. Sesuai dengan pengalaman pribadi, bila segala berkas persyaratan umum dan khusus terpenuhi, saya yakin seleksi pada tahap ini dapat dilalui dengan lancar. Sebagai contoh, bila ingin melamar studi untuk ke negara/ kampus yang memerlukan kompetensi bahasa inggris dan skor IELTS yang diminta adalah minimum 6.5, maka jangan terlalu percaya diri akan lolos dengan melampirkan sertifikat dengan skor dibawah itu (kecuali jika nantinya ada pertimbangan atau kebijakan baru). Pastikan juga sertifikat tersebut dari lembaga yang diakui dan asli, karena bila tidak, skor 9.0 pun pasti akan ditolak atau bahkan diblack list karena melakukan pemalsuan dokumen!!. Selain itu, jangan pernah menganggap enteng seleksi pada tahap ini, karena seleksi selanjutnya bergantung dari lulus atau tidaknya pada tahap ini.

            Pada saat saya mengikuti seleksi beasiswa ini, setelah melalui seleksi administrasi, selanjutnya akan ada pengumuman untuk mengikuti tahap on the spot essay writing, tes psikologi, LGD serta tahap interview yang wajib diikuti oleh seluruh peserta yang lolos tahap administrasi di Acacia Hotel, Jakarta Pusat (akomodasi dan konsumsi menjadi tanggungan masing-masing peserta). Jadi pada saat persiapan untuk mengikuti seleksi selanjutnya, saya dan teman-teman lain yang diluar Jakarta/ pulau Jawa harus menuju ke Jakarta untuk menghadapi tes selanjutnya. Pada saat itu, seluruh peserta diharuskan juga membawa seluruh berkas yang telah diupload untuk verifikasi kembali dan harus mengikuti semua tahap tes selanjutnya tersebut pada hari yang sama.
            Sebelum tulisan ini menjadi novel yang penuh nostalgia, tanpa basa basi langsung saja kita masuki pada tahap penulisan essai. Disini, setiap peserta diharuskan menulis dengan bahasa utama di negara/ kampus tujuan nantinya. Pada saat itu, peserta dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok essai dengan bahasa Arab bagi yang memiliki tujuan studi ke negara-negara yang berbahasa Arab, seperti Mesir, Sudan, dsb. Kemudian juga ada kelompok essai dengan bahasa Inggris bagi yang ingin melanjutkan studi ke negara seperti US, Aussie, UK, dan lainnya. Dan yang terakhir adalah kelompok yang akan menulis essai dengan bahasa Perancis. Kelompok yang terakhir ini adalah peserta seleksi untuk tujuan studi ke Perancis dan Belgia. Untuk topik essai, pada saat itu, peserta akan menulis pendapatnya masing-masing mengenai organisasi Islam atau perguruan tinggi Islam di Indonesia. Waktu yang diberikan sekitar 30 atau 45 menit (udah agak lupa durasinya). Selama sesi ini, penggunaan berbagai alat elektronik dan ngobrol dengan peserta lain tidak diperbolehkan. Adapun tips dalam mengerjakan essai dengan topik dan durasi yang ditentukan adalah dengan tetap menuliskan dan mengembangkan ide sesuai dengan isu yang diangkat dengan juga memperhatikan struktur bahasa yang tepat. Mengenai gaya dan strategi menulis, saya yakin setiap orang memiliki gaya dan strateginya masing-masing, ada yang membuat draft atau konsep terlebih dahulu, ada yang langsung menulis paragraf, dan ada yang menghabiskan sedikit waktu untuk berpikir pada saat awal dan kemudian langsung mem print-out hasil pemikirannya dengan pena pada lembaran kertas yang diberikan.
            Selanjutnya, pada tahap tes psikologi, seluruh peserta akan diarahkan untuk memperhatikan instruksi dari para psikolog mengenai petunjuk pengisian setiap jenis soal yang diberikan. Pada saat saya dan teman-teman mengikuti tes ini, psikolog yang menjadi tim penilai dan instruktor berasal dari Pusat Psikologi UIN Syahid Jakarta. Jadi tenang saja, karena mereka bukan psikiatris dari rumah sakit jiwa setempat untuk mengetes tingkat kenormalan anda. Tes psikologi yang diberikan bukan tes TPA/ tes potensi akademik, melainkan tes seperti EPPS yang nantinya akan dihadapkan dengan berbagai pernyataan dengan pilihan setiap pernyataan dengan dua opsi mengenai kecenderungan sikap seseorang ketika dihadapkan pada suatu kondisi tertentu. Seiingat saya kurang lebih seperti ini;
-       -  Ketika sedang dihadapkan dengan kondisi yang sulit, saya cenderung:
a.       Marah sejadi-jadinya dan ingin membanting benda apa saja disekitar saya
b.      Mencoba untuk tenang dan mencari jalan keluar
-        - Saya lebih cenderung:
a.       Ingin diperhatikan ketika sedang sakit
b.      Memberi instruksi dengan detail kepada bawahan tentang apa yang harus dikerjakannya.

Selain itu juga ada tes yang menyerupai Tes EPPS namun cara pengisiannya yang berbeda. Tes menggambar pohon dan orang juga di uji. Waktu seluruh tes kurang lebih 1.5 jam (sudah agak lupa durasi tepatnya). Tujuan tes ini diadakan lebih untuk mengukur potensi dan tingkat kesiapan calon peraih beasiswa untuk hidup dinegara tujuan dan cara menghadapi permasalahan pada masing-masing individu nantinya. Pada tes ini, tidak ada tips yang lebih baik daripada mengikuti seluruh petunjuk instruktor/ psikolog dan menjawab pertanyaan dengan seadanya, bukan karena ingin terlihat seperti orang yang sempurna.

            Setelah tes psikologi berakhir dan diberi jeda/ istirahat sekitar 20-30 menit, selanjutnya peserta akan bersiap-siap untuk mengahadapi sesi Leaderless Group Discussion/LGD atau secara harfiah berarti diskusi tanpa pimpinan. Pada sesi ini, setiap kelompok yang telah dibagi sebelumnya yang beranggotakan kira-kira 5-8 orang akan mengikuti sesi diskusi yang berdurasi kurang lebih 15 menit untuk membahas suatu topik yang diberikan oleh pengamat LGD. Walaupun LGD secara umum berarti diskusi tanpa adanya pemimpin, bukan berarti juga tidak ada yang mau memulai pembicaraan sebelum disuruh Pak guru, namun disini salah satu peserta harus memiliki inisiatif untuk mengawali diskusi sesuai dengan topik yang diberikan dan untuk selanjutnya dibahas dengan masing-masing sudut pandang dari peserta lain. Dikarenakan keterbatasan waktu, tidak perlu mengawali diskusi dengan perkenalan diri yang panjang lebar. Selain itu, juga ingat untuk mampu menahan diri dari lapar dan haus berargumentasi hingga terkesan mendominasi atau dengan kata lain seperti memberi kultum pada sidang jama’ah LGD yang lainnya, namun cukup berbicara dengan poin yang singkat, padat dan jelas dan berikan jatah anggota lain untuk memberi pendapatnya. Sebaliknya, juga jangan sampai terkesan pasif seperti sedang mendengar siraman rohani dari AA gym. Dan yang perlu diperhatikan juga adalah sesama anggota harus saling hormat dan menghargai pendapat satu sama lain, dan jika ada yang berkata agak kurang tepat maka janganlah anda menyanggahnya secara tajam hingga ia kehilangan muka di depan publik. Selanjutnya, bila masih ada waktu yang tersisa hingga semuanya telah berkesempatan untuk memberi komentar/ sudut pandang masing-masing, maka boleh ditambahkan seperti memberi kesimpulan atau tambahan sedikit.

            Pada sesi terakhir, yaitu wawancara,  saya beserta teman-teman peserta lainnya kembali dibagi untuk menunggu memasuki ruang wawancara berdasarkan bahasa pada negara/ kampus pilihan masing-masing. Saya sendiri bersama dengan teman-teman lain yang memilih negara/ kampus yang  memakai bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar mengikuti sesi wawancara dengan FULL bahasa Perancis. Begitu juga yang saya dengar dari teman-teman yang memilih negara/kampus tujuan dengan bahasa Arab dan Inggris. Mungkin saja untuk kedepan bila ada yang memilih studi ke Spanyol, maka wawancara akan dilakukan dengan bahasa tersebut J.  Durasi rata-rata sekitar 12-15 menit/peserta dan akan direkam dengan voice recorder selama sesi tersebut berlangsung. Disini, saya juga akan berbagi sedikit tips dalam menghadapi wawancara beasiswa sesuai dengan pengalaman pada wawancara beasiswa Mora Scholarship 2016, saya diminta untuk memberikan respon pada berbagai hal seperti berikut;
1.      Perkenalan diri: kurang lebih presentasikan diri anda, latar belakang pendidikan dan pekerjaan/ aktivitas yang telah atau sedang dilakukan, ingin belajar dimana dan mengapa, dan sedikit tentang minat kajian yang selanjutnya dapat dihubungkan dengan kampus/jurusan tujuan. Kemukakan saja dengan singkat, karena ini adalah sesi perkenalan dan bukan sesi tanya jawab rinci, karena nantinya anda berkesempatan untuk mengemukakannya pada saat para interviewer yang mungkin akan mem follow up respon yang telah anda sampaikan.

2.      Review berkas administrasi (Sertifikat bahasa, LoA, CV): Disini, interviewer akan kembali menanyakan sedikit tentang riwayat pendidikan atau pengalaman yang tertulis di CV dan juga meninjau kembali keaslian dan pihak yang mengeluarkan LoA dan sertifikat bahasa yang telah dilampirkan dalam berkas aplikasi.

3.      Motivasi memilih kampus, jurusan dan negara tujuan: Mengapa memilih kampus A daripada kampus B,C, D hingga Z di negara tujuan tersebut, dan juga kenapa mengambil jurusan X, bukan Y?

4.      Kontribusi kedepan: Setelah studi apakah mau menetap di Perancis atau bagaimana? Jelaskan mengapa bila anda ingin menetap diluar atau kembali di Indonesia, dimana anda akan bertugas dan apa strategi dalam mewujudkan target kedepan anda tersebut.

5.      Rencana penelitian: Saya diminta untuk menjelaskan kembali tetang pentingnya topik yang saya angkat, manfaatnya dan juga apa perbedaan dari studi-studi sebelumnya sehingga layak dan menarik untuk dikaji.

6.      Pandangan mengenai salah satu Isu terkini: pada saat itu, saya diminta untuk memberikan sudut pandang mengenai ISIS.

7.      Mengapa anda layak untuk menerima beasiswa ini?: kurang lebih pertanyaan ini sama dengan ‘apa yang berbeda pada diri anda dibandingkan dengan kandidat lainnya?’ dan ‘Mengapa kami harus memilih anda?’. Jadi, disini usahakan untuk menjadikan momen ini sebagai ajang anda untuk menjual diri dan meyakinkan interviewer bahwa anda layak dan siap untuk meraih beasiswa ini. Ungkapkan kelebihan anda, usaha yang selama ini telah anda lakukan dan yang akan anda lakukan bila nantinya terpilih, serta hal lainnya yang dianggap perlu. Namun, perlu diingat jangan sampai berbicara seolah-olah anda membuat-buat/ melebih-lebihkan diri sendiri walaupun sebenarnya apa yang anda katakan adalah benar. Jadi tetap tunjukkan kerendahan diri dan juga keyakinan.

Setelah melewati seluruh tahap seleksi ini, selanjutnya marilah persiapkan mental masing-masing untuk menghadapi pengumuman tahap final. Jika belum lolos, mungkin ada yang harus diperbaiki untuk kesempatan seleksi selanjutnya dari instansi yang sama atau tidak, dan bila lolos, wajar bila bersikap puas sewajarnya terhadap usaha yang telah kita capai. Namun, apakah kita harus terus bersikap santai seakan momen penantian untuk meraih mimpi kuliah di luar negeri telah selesai?. Tunggu sesi berbagi pengalaman selanjutnya tentang beberapa tantangan dan penantian baru pasca kelulusan seleksi beasiswa luar negeri!
Salam sukses dan selamat berburu beasiswa!

3 komentar:

  1. MANTAP KAK, boleh minta emailnya sampean kak?

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum. Salam silaturahmi. Mau tanya, kl tes tahap 2 dr jam brp sampe jam brp? Ada no kontak, shg sy bs diskusi lg ttg beasiswa mora?

    BalasHapus