Setelah sekian lama, kali ini saya akan berbagi pengalaman saya
dalam mengikuti seleksi beasiswa yang kesekian kalinya untuk program Master
degree. Perlu diketahui juga bahwa ini adalah pengalaman yang baru saja saya
lalui pada seleksi tahun 2016 ini, jadi bisa jadi terdapat perbedaan jika
dibandingkan dengan seleksi pada tahun sebelumnya atau tahun kedepan. Selamat
membaca!
MORA yang merupakan abreviasi dari Ministry of Religious Affairs
atau Kementerian Agama RI merupakan salah satu kementerian di Indonesia yang
aktif dalam menyelenggarakan program beasiswa studi dalam dan luar negeri
kepada masyarakat yang memenuhi kriteria di Indonesia. Salah satu program yang
saat ini sedang dikelola oleh Bapak Mastuki dari DIKTIS-Kemenag untuk
mempersiapkan potensi SDM yang berkelanjutan di Indonesia adalah program 5000
Doktor. Informasi lebih lanjut mengenai program yang ditawarkan serta
persyaratan yang harus dipenuhi dapat dicek langsung pada situs resminya yaitu:
http://scholarship.kemenag.go.id/
Saya sendiri merupakan salah satu pelamar yang ikut berpartisipasi
dalam seleksi beasiswa ini pada tahun 2016 untuk program master luar negeri.
Beasiswa ini merupakan beasiswa pendidikan yang kurang lebih ke enam kalinya
saya lamar setelah mengalami kegagalan pada berbagai aplikasi beasiswa
sebelumnya dari berbagai instansi pemerintah. Salah satu pengalaman mengikuti
seleksi beasiswa juga sudah pernah saya bahas pada tulisan sebelumnya. Kali
ini, setelah mempersiapkan diri dengan belajar dari berbagai kekurangan dari
pengalaman sebelumnya, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus menjadi awardee Mora
Scholarship 2016.
Adapun program beasiswa yang saya ikuti adalah Beasiswa
Studi S2 LN sebagai program penunjang dari Program 5000 Doktor. Seleksi awal
saya lalui dengan mengisi form online di situs Mora Scholarship dengan
mengupload seluruh persyaratan yang diminta pada form aplikasi online yang
dapat diperoleh dengan mendaftarkan diri dahulu sebelumnya. Yang harus diingat
adalah, kita harus memastikan telah membaca dengan teliti seluruh persyaratan
dan juga batas waktu program yang dilamar agar dapat memenuhi kriteria awal
dalam seleksi administrasi. Sesuai dengan pengalaman pribadi, bila segala
berkas persyaratan umum dan khusus terpenuhi, saya yakin seleksi pada tahap ini
dapat dilalui dengan lancar. Sebagai contoh, bila ingin melamar studi untuk ke
negara/ kampus yang memerlukan kompetensi bahasa inggris dan skor IELTS yang
diminta adalah minimum 6.5, maka jangan terlalu percaya diri akan lolos dengan melampirkan
sertifikat dengan skor dibawah itu (kecuali jika nantinya ada pertimbangan atau
kebijakan baru). Pastikan juga sertifikat tersebut dari lembaga yang diakui dan
asli, karena bila tidak, skor 9.0 pun pasti akan ditolak atau bahkan diblack list
karena melakukan pemalsuan dokumen!!. Selain itu, jangan pernah menganggap
enteng seleksi pada tahap ini, karena seleksi selanjutnya bergantung dari lulus
atau tidaknya pada tahap ini.
Pada saat saya
mengikuti seleksi beasiswa ini, setelah melalui seleksi administrasi,
selanjutnya akan ada pengumuman untuk mengikuti tahap on the spot essay
writing, tes psikologi, LGD serta tahap interview yang wajib diikuti oleh
seluruh peserta yang lolos tahap administrasi di Acacia Hotel, Jakarta Pusat
(akomodasi dan konsumsi menjadi tanggungan masing-masing peserta). Jadi pada
saat persiapan untuk mengikuti seleksi selanjutnya, saya dan teman-teman lain
yang diluar Jakarta/ pulau Jawa harus menuju ke Jakarta untuk menghadapi tes
selanjutnya. Pada saat itu, seluruh peserta diharuskan juga membawa seluruh
berkas yang telah diupload untuk verifikasi kembali dan harus mengikuti semua
tahap tes selanjutnya tersebut pada hari yang sama.
Sebelum tulisan
ini menjadi novel yang penuh nostalgia, tanpa basa basi langsung saja kita
masuki pada tahap penulisan essai. Disini, setiap peserta diharuskan menulis
dengan bahasa utama di negara/ kampus tujuan nantinya. Pada saat itu, peserta
dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok essai dengan bahasa Arab bagi yang
memiliki tujuan studi ke negara-negara yang berbahasa Arab, seperti Mesir,
Sudan, dsb. Kemudian juga ada kelompok essai dengan bahasa Inggris bagi yang
ingin melanjutkan studi ke negara seperti US, Aussie, UK, dan lainnya. Dan yang
terakhir adalah kelompok yang akan menulis essai dengan bahasa Perancis.
Kelompok yang terakhir ini adalah peserta seleksi untuk tujuan studi ke
Perancis dan Belgia. Untuk topik essai, pada saat itu, peserta akan menulis
pendapatnya masing-masing mengenai organisasi Islam atau perguruan tinggi Islam
di Indonesia. Waktu yang diberikan sekitar 30 atau 45 menit (udah agak lupa
durasinya). Selama sesi ini, penggunaan berbagai alat elektronik dan ngobrol
dengan peserta lain tidak diperbolehkan. Adapun tips dalam mengerjakan essai
dengan topik dan durasi yang ditentukan adalah dengan tetap menuliskan dan
mengembangkan ide sesuai dengan isu yang diangkat dengan juga memperhatikan
struktur bahasa yang tepat. Mengenai gaya dan strategi menulis, saya yakin
setiap orang memiliki gaya dan strateginya masing-masing, ada yang membuat
draft atau konsep terlebih dahulu, ada yang langsung menulis paragraf, dan ada
yang menghabiskan sedikit waktu untuk berpikir pada saat awal dan kemudian
langsung mem print-out hasil pemikirannya dengan pena pada lembaran
kertas yang diberikan.
Selanjutnya,
pada tahap tes psikologi, seluruh peserta akan diarahkan untuk memperhatikan
instruksi dari para psikolog mengenai petunjuk pengisian setiap jenis soal yang
diberikan. Pada saat saya dan teman-teman mengikuti tes ini, psikolog yang
menjadi tim penilai dan instruktor berasal dari Pusat Psikologi UIN Syahid
Jakarta. Jadi tenang saja, karena mereka bukan psikiatris dari rumah sakit
jiwa setempat untuk mengetes tingkat kenormalan anda. Tes psikologi yang
diberikan bukan tes TPA/ tes potensi akademik, melainkan tes seperti EPPS yang
nantinya akan dihadapkan dengan berbagai pernyataan dengan pilihan setiap
pernyataan dengan dua opsi mengenai kecenderungan sikap seseorang ketika
dihadapkan pada suatu kondisi tertentu. Seiingat saya kurang lebih seperti ini;
- - Ketika sedang dihadapkan dengan kondisi yang
sulit, saya cenderung:
a. Marah sejadi-jadinya dan ingin membanting benda apa saja disekitar saya
b. Mencoba untuk tenang dan mencari jalan keluar
- - Saya lebih cenderung:
a. Ingin diperhatikan ketika sedang sakit
b. Memberi instruksi dengan detail kepada bawahan tentang apa yang harus
dikerjakannya.
Selain itu juga ada tes yang menyerupai Tes
EPPS namun cara pengisiannya yang berbeda. Tes menggambar pohon dan orang juga
di uji. Waktu seluruh tes kurang lebih 1.5 jam (sudah agak lupa durasi
tepatnya). Tujuan tes ini diadakan lebih untuk mengukur potensi dan tingkat kesiapan
calon peraih beasiswa untuk hidup dinegara tujuan dan cara menghadapi
permasalahan pada masing-masing individu nantinya. Pada tes ini, tidak ada tips
yang lebih baik daripada mengikuti seluruh petunjuk instruktor/ psikolog dan
menjawab pertanyaan dengan seadanya, bukan karena ingin terlihat seperti orang
yang sempurna.
Setelah
tes psikologi berakhir dan diberi jeda/ istirahat sekitar 20-30 menit, selanjutnya
peserta akan bersiap-siap untuk mengahadapi sesi Leaderless Group
Discussion/LGD atau secara harfiah berarti diskusi tanpa pimpinan. Pada
sesi ini, setiap kelompok yang telah dibagi sebelumnya yang beranggotakan
kira-kira 5-8 orang akan mengikuti sesi diskusi yang berdurasi kurang lebih 15
menit untuk membahas suatu topik yang diberikan oleh pengamat LGD. Walaupun LGD
secara umum berarti diskusi tanpa adanya pemimpin, bukan berarti juga tidak ada
yang mau memulai pembicaraan sebelum disuruh Pak guru, namun disini
salah satu peserta harus memiliki inisiatif untuk mengawali diskusi sesuai dengan
topik yang diberikan dan untuk selanjutnya dibahas dengan masing-masing sudut
pandang dari peserta lain. Dikarenakan keterbatasan waktu, tidak perlu
mengawali diskusi dengan perkenalan diri yang panjang lebar. Selain itu, juga
ingat untuk mampu menahan diri dari lapar dan haus berargumentasi hingga
terkesan mendominasi atau dengan kata lain seperti memberi kultum pada sidang
jama’ah LGD yang lainnya, namun cukup berbicara dengan poin yang singkat, padat
dan jelas dan berikan jatah anggota lain untuk memberi pendapatnya. Sebaliknya,
juga jangan sampai terkesan pasif seperti sedang mendengar siraman rohani dari
AA gym. Dan yang perlu diperhatikan juga adalah sesama anggota harus saling
hormat dan menghargai pendapat satu sama lain, dan jika ada yang berkata agak
kurang tepat maka janganlah anda menyanggahnya secara tajam hingga ia
kehilangan muka di depan publik. Selanjutnya, bila masih ada waktu yang tersisa
hingga semuanya telah berkesempatan untuk memberi komentar/ sudut pandang
masing-masing, maka boleh ditambahkan seperti memberi kesimpulan atau tambahan
sedikit.
Pada
sesi terakhir, yaitu wawancara, saya
beserta teman-teman peserta lainnya kembali dibagi untuk menunggu memasuki
ruang wawancara berdasarkan bahasa pada negara/ kampus pilihan masing-masing.
Saya sendiri bersama dengan teman-teman lain yang memilih negara/ kampus
yang memakai bahasa Perancis sebagai bahasa
pengantar mengikuti sesi wawancara dengan FULL bahasa Perancis. Begitu juga
yang saya dengar dari teman-teman yang memilih negara/kampus tujuan dengan
bahasa Arab dan Inggris. Mungkin saja untuk kedepan bila ada yang memilih studi
ke Spanyol, maka wawancara akan dilakukan dengan bahasa tersebut J. Durasi
rata-rata sekitar 12-15 menit/peserta dan akan direkam dengan voice recorder
selama sesi tersebut berlangsung. Disini, saya juga akan berbagi sedikit tips
dalam menghadapi wawancara beasiswa sesuai dengan pengalaman pada wawancara
beasiswa Mora Scholarship 2016, saya diminta untuk memberikan respon pada
berbagai hal seperti berikut;
1. Perkenalan diri: kurang lebih presentasikan diri anda, latar belakang
pendidikan dan pekerjaan/ aktivitas yang telah atau sedang dilakukan, ingin
belajar dimana dan mengapa, dan sedikit tentang minat kajian yang selanjutnya
dapat dihubungkan dengan kampus/jurusan tujuan. Kemukakan saja dengan singkat,
karena ini adalah sesi perkenalan dan bukan sesi tanya jawab rinci, karena
nantinya anda berkesempatan untuk mengemukakannya pada saat para interviewer yang
mungkin akan mem follow up respon yang telah anda sampaikan.
2. Review berkas administrasi (Sertifikat bahasa, LoA, CV): Disini,
interviewer akan kembali menanyakan sedikit tentang riwayat pendidikan atau
pengalaman yang tertulis di CV dan juga meninjau kembali keaslian dan pihak
yang mengeluarkan LoA dan sertifikat bahasa yang telah dilampirkan dalam berkas
aplikasi.
3. Motivasi memilih kampus, jurusan dan negara tujuan: Mengapa memilih kampus
A daripada kampus B,C, D hingga Z di negara tujuan tersebut, dan juga kenapa
mengambil jurusan X, bukan Y?
4. Kontribusi kedepan: Setelah studi apakah mau menetap di Perancis atau
bagaimana? Jelaskan mengapa bila anda ingin menetap diluar atau kembali di
Indonesia, dimana anda akan bertugas dan apa strategi dalam mewujudkan target kedepan
anda tersebut.
5. Rencana penelitian: Saya diminta untuk menjelaskan kembali tetang
pentingnya topik yang saya angkat, manfaatnya dan juga apa perbedaan dari
studi-studi sebelumnya sehingga layak dan menarik untuk dikaji.
6. Pandangan mengenai salah satu Isu terkini: pada saat itu, saya diminta
untuk memberikan sudut pandang mengenai ISIS.
7. Mengapa anda layak untuk menerima beasiswa ini?: kurang lebih pertanyaan
ini sama dengan ‘apa yang berbeda pada diri anda dibandingkan dengan kandidat
lainnya?’ dan ‘Mengapa kami harus memilih anda?’. Jadi, disini usahakan untuk
menjadikan momen ini sebagai ajang anda untuk menjual diri dan meyakinkan
interviewer bahwa anda layak dan siap untuk meraih beasiswa ini. Ungkapkan
kelebihan anda, usaha yang selama ini telah anda lakukan dan yang akan anda
lakukan bila nantinya terpilih, serta hal lainnya yang dianggap perlu. Namun, perlu
diingat jangan sampai berbicara seolah-olah anda membuat-buat/ melebih-lebihkan
diri sendiri walaupun sebenarnya apa yang anda katakan adalah benar. Jadi tetap
tunjukkan kerendahan diri dan juga keyakinan.
Setelah melewati seluruh tahap seleksi ini, selanjutnya
marilah persiapkan mental masing-masing untuk menghadapi pengumuman tahap
final. Jika belum lolos, mungkin ada yang harus diperbaiki untuk kesempatan
seleksi selanjutnya dari instansi yang sama atau tidak, dan bila lolos, wajar
bila bersikap puas sewajarnya terhadap usaha yang telah kita capai. Namun, apakah
kita harus terus bersikap santai seakan momen penantian untuk meraih mimpi
kuliah di luar negeri telah selesai?. Tunggu sesi berbagi pengalaman
selanjutnya tentang beberapa tantangan dan penantian baru pasca kelulusan
seleksi beasiswa luar negeri!
Salam sukses dan selamat berburu beasiswa!